humanisme polisi dalam tugas: waka polres minahasa bersama pju pantau pengamanan ibadah pengucapan syukur

Minahasa, 20 Juli 2025 – Di bawah rindangnya pepohonan di pelataran Kantor Bupati Minahasa, tampak sosok-sosok berseragam duduk tenang namun sigap. Mereka adalah Waka Polres Minahasa Kompol Fenti Kawulur bersama para Pejabat Utama (PJU) Polres Minahasa yang tengah melakukan pemantauan kegiatan pengamanan ibadah Pengucapan Syukur yang digelar di Taman God Bless Minahasa, Tondano.

Ibadah Pengucapan Syukur merupakan tradisi tahunan masyarakat Minahasa sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas berkat dan hasil panen. Kegiatan ini menjadi perhatian khusus aparat keamanan karena melibatkan kehadiran ribuan jemaat dari berbagai wilayah. Kehadiran Waka Polres dan PJU di lokasi bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari komitmen kepolisian untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan berjalan aman, tertib, dan khidmat.

Kompol Fenti Kawulur, dalam keterangannya di sela-sela pemantauan, menyampaikan bahwa kehadiran dirinya bersama jajaran merupakan bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat. “Kami hadir bukan hanya untuk mengamankan, tetapi juga untuk memastikan bahwa masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan tenang, damai, dan penuh sukacita,” ujarnya.

Tampak pula dalam momen tersebut, sinergi yang kuat antara personel berseragam Samapta, personel berseragam sipil, dan rekan-rekan TNI yang ikut serta mendukung pengamanan. Suasana teduh di bawah pohon menjadi tempat sejenak melepas lelah, namun tanpa mengurangi kesiapsiagaan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas mulia yang mereka emban.

Pemantauan ini bukan hanya simbol pengawasan, melainkan juga bentuk kehadiran negara dalam menjamin kebebasan masyarakat dalam beribadah serta menjaga harmoni sosial di tengah perbedaan.

Kapolres Minahasa, AKBP Stevent J.R. Simbar, S.I.K., melalui Waka Polres, menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam setiap kegiatan pengamanan. “Polri harus hadir secara utuh — bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai mitra masyarakat yang menebarkan rasa aman dan damai,” tegasnya.

Momen ini menggambarkan bahwa di balik seragam dan prosedur formal, para aparat adalah manusia yang bekerja dengan hati — menjalankan amanah demi kenyamanan dan ketertiban bersama, meskipun harus berpanas-panasan dan duduk di kursi plastik sederhana di bawah naungan dedaunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *